Autor : - Vierevi vigkacia, dan – Mutia
Rachel
Tittle
: Because Of you
Jerelly luchya frans p.o.v
disaat
hujan...
Disaat
salju datang...
Disaat
musim gugur...
Disaat
musim semi...
Aku
hanya bisa melihat tanpa bisa merasakan...
Aku
ingin seperti mereka bermain hujan dan salju, Seperti nya itu mengasyikkan,
Namun aku takut, Aku terlalu pengecut untuk melangkahkan kaki ku keluar rumah.
Aku menghabiskan waktu ku hanya dirumah, Aku hanya bisa melihat dunia luar
hanya lewat tv dan internet, Kurasa itu sudah lebih dari cukup.
Aku
begini karna pristiwa 12 tahun yang lalu. Saat aku berumur 5 tahun. Pristiwa
itu yang membuat aku takut akan dunia luar, Membuat aku lemah jika aku
melangkahkan kaki keluar pintu. Disaat nyawa mom terenggut hanya karna penjahat
tak punya otak itu.
Ya
mom ku telah meninggal karna penjahat yang kabur dari penjara, Mereka adalah
penjahat buronan polisi.
Ketika
itu Disaat perjalan ingin menjemput dad ku di bandara. Para penjahat itu
menghadang mobil ku dan mom. Dan mereka mengambil semua uang mom ku dan juga
perhiasan dan setelah itu mereka membunuh mom ku didepan mata ku sendiri. Tapi
untung saja pada waktu itu aku masih bisa melarikan diri.
Itu
yang membuat aku takut untuk keluar rumah, Itu membuat aku trauma. Apa lagi
ketika itu diberitakan telah berjatuhan korban karna ulah penjahat itu.
Kejadian itu selalu saja terekam bagaikan film yang akan terputar lagi jika aku
melangkahkan kaki keluar rumah.
Hmm
pasti kalian bertanya-tanya jika aku selama 12 tahun ini aku tak pernah keluar
rumah berarti aku tak pernah mendapatkan pendidikan maksud nya aku tak
bersekolah seperti anak-anak yang lainnya. Mmm tenang saja, walaupun aku tak
pernah keluar rumah selama 12 tahun, aku masih dapat mengenyam pendidikkan
walau aku hanya home schooling.
Walaupun
12 thn ini aku tak keluar rumah, bukan berarti aku dirumah merasa bosan dan
kesepian. Dirumah ini mempunyai pasilitas yang lengkap, Dan juga selalu ada
kakak tercinta ku, ya dia adalah julio luchyo frans. Dan satu lagi aku juga
mempunyai sahabat, Dia begitu baik pada ku. Dia Yang selalu hadir disaat aku
membutuhkan nya. Selama 12 tahun ini dia lah yang selalu mengunjungi ku,
Menghibur ku disaat aku mulai bosan.
“heyyy
kau sedang memikirkan apa??” tanya seseorang lelaki tiba-tiba muncul bagaikan
jelangkung yang datang nya tak diundang pulang nya pun tak diantar. Itu membuat
ku terperanjat dari duduk ku. Aku sangat kaget sekali, Entah lah yang pasti nya
muka ku saat ini pasti sangat terlihat bodoh.
“hahahahah
wajah mu lucu sekali.” kata lelaki itu sambil tertawa terbahak-bahak. Aku rasa
urat ketawa nya sudah putus, Ya sehingga membuatnya tak berhenti tertawa. aku
hanya memandang nya kesal.
30
menit kemudian...
sudah
setengah jam dia tertawa namun tak ada tanda-tanda jika tawa nya akan berhenti.
telinga ku telah panas dan mungkin berasap ketika mendengar tawa nya yang
seperti kakek lampir,,(?)
akhir
nya dia menyudahi tawa nya. Walaupun dia tak sepenuhnya selesai tertawa.
“sudah
selesai?? Apakah kau mau tertawa lagi mr. Justin drew bieber??” tanya ku dengan
nada sinis, mata ku menatap tajam mata hazel nya. Itu membuat nya bergidig
ngeri
"haha
aku sudah capek..” katanya dengan diselingi sedikit tawa kecil
aku
hanya terdiam memandangnya tajam,Posisi justin sekarang 1 meter didepan ku.
“heyyy
ayo lah.. kau tak asik sekali sih, jangan menatap kuseperti itu” kata justin
yang mulai salah tingkah dengan tatapan tajam ku yang tak sedikitpun berkedip
menatapnya. Kulihat dia celinguk-celingukan tak karuan.
“jerelly
berhenti lah menatap ku seperti itu, Kau membuat ku takut, Tatapan mu seperti
singa yang sudah siap memakan mangsanya.” kata justin gelagapan.
Sumpah
demi apapun wajah justin sangat bodoh sekali. :P
Itu
membuat ku tertawa terpingkal-pingkal...
“Bhahahahahahahahahahahahhahahahahahahahaha”
Dan
suara tawa ku berhasil memecahkan pas bunga yang berada disebelah ku dan
membuat rumah ku runtuh dan kaca jendela ku pun juga ikutan pecah, Ohh oke lah
itu begitu belebihan.. Ohh lupakan...#
“heyy
stooooppppp !!!” kata justin menutup mulut ku...
dan
ketika itu aku berhenti tertawa.
“nah
kalau seperti inikan enak” kata justin dengan senyuman kemenangan dan tangan
nya masih membekap mulutku Dan justin pun melepas kan tangan nya...
“Bhahahahahahahahahaha”
ketika itu tawa ku keluar lagi dan kali ini membuat dunia kiamat...(?)
***
aku
dan jutsin sedang berada di bioskop mini milik pribadi ku sendiri. Yah dad
membuatkan bioskop ini agar aku merasa tak bosan dirumah.
“jerelly
apakah kau akan terus seperti ini??” tanya justin tiba-tiba kepadaku. Itu
membuat aku mengalihkan pandangan ku kearah nya dan kembali lagi menatap layar
bioskop
“seperti
ini apanya??” tanya ku datar dan masih
terfokus kelayar bioskop.
“yahh
apakah kau akan menghabiskan seumur hidupmu berada dirumah, tanpa melihat
perkembangan diluar sana” kata justin serius..
Itu
membuat aku mengalihkan pandangan ku menatapnya
“justin
kau mungkin telah tau jawabannya, Telah bekali-kali kau tanyakan ini, Dan
jawaban nya masih sama” kata ku enteng dan kembali menatap layar bioskop.
Justin p.o.v
Hmmm
usaha ku selalu saja gagal ketika aku membunjuk nya untuk keluar rumah. Tapi
aku harus berusaha untuk membujuk nya...
Tapi
bagai mana cara nya ya???
Hmm
sudah semua cara telah aku pakai untuk membujuknya selama 12 tahun ini. Dan
hasil nya??? Ya tetap sama!! Dia tetap tak mau keluar rumah.
Hmmm
aku tau dia sangat terauma dengan kejadian 12 tahun lalu. Tapi trauma nya kelewatan sekali!!
Sampai-sampai bermain di perkarangan rumah nya saja dia tak mau. Padahal
sekeliling rumah nya telah dipagar beton setinggi langit(?) Tapi tetap saja dia
merasa takut untuk keluar rumah.
Hmm
what should i do??
Aha...??
Tiba-tiba
ada lampu di otak ku. Idepun bermunculan memenuhi otakku. Kurasa ide ini adalah
ide yang bagus. :)
Aku
tersenyum penuh kemenangan..
Tanpa
kusadari jerelly menatap kearah ku dengan tatapan yang seperti mengatakan 'kau
gila??'
Aku
hanya memalingkan wajah ku.Menghindari tatapan nya, Dan kembali menatap layar
bioskop.
“huuhhhh
anehhh!!” kata jerelyl, Mendengus kesal.
Akhir
nya film nya selesai kami pun sekarang berada diruang tamu rumah nya jerelly.
Aku dan jerelly sedang asyik memberi makan ikan-ikan yang ada dikolam didepan
kami. Ya dirumah jerelly kolam ikan nya berada didalam rumah. Bahkan kolam
berenang pun juga berada didalam rumah.
“hhmmm
jairell makan kerestaurant yuk?? Aku tau dimana tempat makan yang enak...” kata
ku memulai pembicaraan. Aku tau pasti jerelly akan menjawab tidak. Tapi aku
berharap ada keajaiban yang membuat jerell mau pergi keluar rumah bersama ku.
jerelly
hanya diam tanpa menjawab satu patah katapun... Dia hanya memandang ikan-ikan
yang berenang didalam kolam..
“mm
jairell apakah kau mau??” kata ku lagi.
“TIDAK”
katanya lantang. Hmm kalimat itu sontak membuatku terkejut bukan main. Aku
hanya mendengus kesal.
“mmm
jika bermain salju diluar?? Apakah kau mau??” tanya ku mengajak nya bermain
salju. Ya karna sekarang sedang musim
salju. jerelly hanya diam mematung, Mata nya berkaca-kaca.
Sontak
aku memeluk nya erat.
“jerelly
maafkan aku yang terlalu memaksakan mu” lirih ku.
“just
sebenarnya aku mau, Aku sangat ingin sekali Tapi aku takut.. Aku takut..” lirih
jairell.
“ya
aku mengerti”
***
Author p.o.v
Masih
tetap sama...
Justin
selalu bersih keras membujuk jerelly untuk keluar rumah. Namun jairell masih
tetap saja tak mau, dia masih keras dengan pendirian nya.
Jerelly p.o.v
“kak
apakah kau ingin pergi??” tanya ku pada kakak ku yang sedang membereskan
bajunya dan memasukkannya kekoper
“ya
jerelly, maaf kan kakak yang tak bisa menemani mu lagi..” ucap julio pada ku
“hmm
kau akan kembalikan??” kata ku, Dan air mata yang telah menumpuk di pelopak
mata ku.
“ya
tentu sayang, Aku akan kembali jika aku telah mendapatkan gelar dokter :D” ucap
julio tersenyum, Namun senyumannya luntur ketika melihat air mata yang telah
membanjiri pipiku.
“jerelly
kau jangan menangis,,,” dan julio pun memelukku.
“kak
jika kau tak ada, aku akan merasa kesepian dirumah..“ ucap ku sesegukan.
“tenang..
Kan masih ada justin.. Yang selalu ada buat mu” aku hanya mengangguk.
Kak
julio telah pergi.
Aku
tak ikut mengantarkan nya kebandara.
Aku
hanya termenung diam dirumah..
Namun
aku berniat ingin keluar rumah..
Aku
harus bisa..
Yah
aku harus bisa..
Aku
melangkahkan kaki menuju pintu
aku
menarik nafas panjang sebelum membuka pintunya, aku pun memegang gagang pintu
dan membukanya perlahan Hawa sejuk langsung menyeruap, Tiba-tiba ada rasa yang
aneh menghampiriku, rasa ketakutan itu. Itu membuat aku terhuyung jatuh
kelantai.
***
Justin p.o.v
aku
sedang menuju rumah jerelly.. Aku membawakan sesuatu untuknya. Dan kurasa dia
pasti senang dengan apa yang aku bawa
ketika
sampai diperkarangan rumah Jerelly, kulihat pintu rumah nya terbuka lebar..
Tak
biasanya jerelly membiarkan pintu rumah nya terbuka seperti itu.
“Jerelly?” ucapku, Aku kaget
melihat seorang gadis tergeletak lemah didepan pintu rumah Jerrely, dan itu
Jerrely.
“Jerelly? Apa yang terjadi
padamu? Kau kenapa?” aku membopong tubuh Jerelly kedalam rumahnya. Aku cemas,
aku tidak tahu apa yang sedang terjadi terhadap Jerelly. Jerelly hanya
sendirian dirumahnya, Kak Julio sudah pergi.
“Mom..Mom.. jangan pergi, kau
harus menemaniku” Jerelly mengigau.
“Jerelly bangun.. kau kenapa?
Aku mendapati kau terbaring didepan pintu, apakah ada seseorang yang melukaimu?
Atau mengganggumu?” tanyaku cemas.
“Tidak Just, ini salahku, aku
mencoba untuk keluar. Aku ingin menjadi seperti remaja biasa yang menikmati
masa mudanya dengan pergi keluar bukan hanya berdiam di dirumah, tapi.. aku
tidak bisa, rasa ketakutan itu selalu datang dan tadi aku pingsan. Aku teringat
akan kejadian itu” jelas Jerelly, dia menangis. Aku sungguh tak tega padanya.
Aku memeluknya, aku tak ingin
dia bersedih.
Author p.o.v
“Aku tau kamu bisa, tapi
jangan mencoba apabila masih ada keraguan dalam dirimu, aku pasti akan terus
berada di sampingmu percayalah”
“kau berjanji?”
“iya, dan coba lihat apa aku
bawa untuk mu”
“kucing? Ya Tuhan.. dia lucu
sekali. Kau memberikan ini untukku?” Jerelly tersenyum bahagia, dia sangat
menyukai kucing. Bisa dibilang Jerelly adalah pecinta kucing.
“aku memberikan ini untukmu,
sebagai pengganti diriku kalau kau merasa sepi, Aku mungkin akan mengunjungi
setelah aku pulang sekolah, jadi kau tidak usah merasa kesepian sekarang” jelas
Justin.
“Justin.. terima kasih”
Jerelly begitu bersemangat
dengan hadiah pemberian Justin, sampai-sampai Jerelly memeluk Justin denga
erat, Justin seperti merasa tercekik dengan pelukan Jerelly yang begitu erat.
“Jer..Jer..Jerelly.. aku
tidak bisa bernafas”ucap Justin dengan tarikan nafas yang tidak beraturan.
“Ahh.. sorry Justin, aku
terlalu bersemangat. Ini hadiah terbaik” ucap Jerelly yang menggaruk tengkuknya
yang tidak gatal.
“Lupakan, kita kekolam renang
yuk, aku juga membawa puding kesukaanmu dan sekalian kita berpikir nama yang
tepat untuk kucing ini” ajak Justin yang kemudian dibalas dengan anggukan
kepala Jerelly.
***
Jerelly p.o.v
Justin Bieber, sungguh bangga
aku bisa mengenalnya, teman yang begitu baik bahkan perhatian padaku. Aku tidak
bisa berpikir bagaimana hari-hariku ini bila tanpa dirinya. “Jadi setuju
apabila nama kucing ini Jelly?”ucap Justin yang sedikit membuyarkan lamunanku.
“Hah? Jelly? Bukankah itu
nama makanan?Hahahaha. Kau lucu Mr.Bieber”
“Aku bukan pelawak, Jelly itu
singkatan dari nama kita berdua Justin-Jerelly”
“Waw.. kau pintar. Aku setuju
dengan nama itu” Aku memberikan applause pada Justin, anak ini benar-benar
pintar.
“kau berlebihan.. tapi memang
benar, aku pintar. Hahaha” Suasana pun menjadi tenang, aku hanya sibuk mengelus-ngelus
bulu si kucing Jelly, sedangkan Justin memakan puding nya sambil melamun.
***
Justin p.o.v
Sebenarnya ini, aku ingin
mengajak Jerrely untuk keluar rumah, aku ingin agar traumanya itu hilang dan
bisa seperti anak remaja yang normal. Namun aku sedang berpikir bagaimana
caranya mengajaknya, aku tahu ini tidak gampang, ini sangat sulit, karena
Jerelly pasti menolak dan menolak. Jujur saja aku sedikit lelah untuk
mengajaknya.
“Jairell?”
“Umm?”
“Please.. untuk kali ini
saja, ayolah.. kita jalan-jalan ke taman dengan membawa Jelly
menikmati salju bersama”
“Aku ingin Just, Aku mau,
tapi kau tidak bisa melihat bagaimana keadaanku tadi?”
“Kau harus mencoba sekali
lagi, pasti bisa. Ada aku disini”
“Aku tidak mau”
“Jai.. ayolaah” Dengan muka
memohon aku harap ini bisa membuat Jerelly tersentuh hatinya(?)
“Tidak” Jerelly menatapku
dengan tatapan seperti membunuh, dia memang tidak mau dipaksa untuk hal yang
seperti ini.
“Pleaseee”
“Tidak!!!!!” Jerelly
membentak, jujur saja aku takut melihat mukanya yang begitu menakutkan ketika
marah.
“kalau kau tidak mau, aku mau
pulang” ini tidak berbohong namun aku sedikit frustasi karena Jerelly tidak mau
untuk keluar rumah, terlalu lelah aku mengajaknya.
“terserah” Jerelly menatapku
cuek.
Aku pun melangkahkan kaki dan meninggalkan
rumah Jerelly, rasa kecewa, marah, dan sedih. Aku rasakan saat ini. Aku tahu
Jerelly bisa sembuh dari trauma yang berkepanjangan itu.
***
Author p.o.v
Justin sudah pergi, dia
kecewa dengan tindakan Jerelly yang tetap tidak mau untuk diajak keluar rumah.
Sejujurnya Jerelly, tidak mau menolak tapi hati kecilnya masih takut, trauma
yang terjadi beberapa tahun lalu selalu terputar bergitu saja ketika ia mencoba
untuk membuka pintu rumahnya. Jerelly sedikit tidak enak terhadap Justin, dia
tahu Justin lelah mengajaknya namun ia malah menolaknya tapi dia harus berbuat
apa lagi? Jerelly pun menggendong Jelly kucing pemberian Justin kekamarnya.
“Jelly? Bagaimana suasana
diluar sana? Menyenangkan kah? Menarik kah? Atau mungkin menakutkan? Atau
menyeramkan?”ucap Jerelly terhadap Jelly, namun Jelly tidak menjawab dia hanya
terus mengeong seperti layaknya kucing biasa.
“Jelly? Aku kesepian.. Dad
bekerja di Belanda, Kak Julio kuliah di Belanda, hanya Bibi dan Justin dan
sekarang tertambah kamu menemaniku” Jerelly terus mencurahkan isi hatinya pada
Jelly, dia sungguh senang Justin bisa memberikan Jelly untuknya agar tidak
merasa kesepian.
***
Justin p.o.v
Ya Tuhan? Apakah aku harus
terus-terusan membujuk Jerelly untuk mau pergi keluar? Aku lelah, aku frustasi
semua caraku gagal, Aku hanya ingin dia senang, dia tertawa lepas dan menikmati
dunia luar dengan bebas.
“Dzet..dzett” Seseorang
meneleponku. “Halo?” “Lissa? Hai.. sekarang? Taman?”“Oke baiklah, aku akan
menjemputmu”
Aku harus bersiap menuju
taman sekarang, aku akan menemui Lissa, dia temanku hanya teman sebenarnya dia
masa laluku, sebelum aku mengenal Jerelly aku berpacaran dengannya namun karena
ada banyak sekali kesalahpahaman hubungan kitapun berakhir. “Lissa?”
“Justin.. kau datang juga”
“kapan kau tiba dari
Jerman?”
“kemarin, aku rindu padamu
Just” Jujur saja, aku tidak merindukannya, dia
hanya masa laluku, masa lalu
itu memang harus dikenang namun bukan kembali lagi kesana. Aku hanya tersenyum.
Lissa menggenggam tanganku, aku melepaskan dan berjalan kearah danau.
“Just?”
“Kenapa?”
“Aku rindu saat kita yang
lalu, aku masih”
"Ayolah Liss, aku sudah
tidak mempunyai rasa itu lagi, itu sudah terlalu lama”
“baiklah kalau itu maumu”
“ya.. aku akan mengajakmu
minum kopi dicafe dekat sini, mau?”
“of course” Cafe yang aku
maksud itu tepat berada di depan rumah Jerelly, sering sekali aku memperhatikan
nya ketika sedang duduk didekat jendela kamarnya yang tertutup rapat.
Sebenarnya aku ingin mengetahui apa sedang ia lakukan sekarang.
***
Jerelly p.o.v
Sore yang indah.. hahaha.
Lucu memang, aku mencurahkan isi hatiku ke Jelly sampai tertidur begitu pula
dengan Jelly. Aku memang tidak keluar rumah, namun aku tidak terlambat
menyaksikan suasana sore untuk melihat terbenamnya matahari dari balik kaca
jendelaku yang selalu tertutup rapat. Aku sudah duduk melihat kearah jalanan
didepan, melihat lalu-lalang mobil dan motor, orang-orang yang mengunjungi cafe
didepan rumahku. Dan itu Justin? Pria yang memakai kaos putih itu Justin? Dia
tidak datang padaku dan malah duduk minum kopi disana? Huh>-<. Dan
bersama wanita? Justin.. kau tega.. kau bilang kau tidak akan membiarkan aku
sendiri, apa karena dia memberikan Jelly padaku agar supaya dia sudah lagi mau
berteman denganku? Dia lebih memilih dengan wanita itu? Dia siapa? Justin.. kau
mengkhianati janjimu, kau tidak menepatinya, kau jahat, aku membencimu.
***
Justin p.o.v
Jerelly? Dia melihatku? Aku
tersenyum kearahnya, mukanya berubah menjadi marah, ada apa? Lissa? Pasti dia
mengira. AAHHH.. kau bodoh Justin, kau bodoh!!
“Liss? Aku akan
meninggalkanmu sebentar saja”
“Umm? Ada apa?”
Aku langsung berlari menuju
rumah Jerelly didepan, pembantu rumah Jerelly langsung mempersilahkan aku
masuk, Aku langsung menuju kamar Jerelly.
“Jairel!! Kau salah paham!!”
“pergi! Kau jahat Justin, kau
bilang padaku bahwa kau akan menemaniku dan akan menjadi temanmu. Aku tahu kau
memberi Jelly padaku agar supaya kau sudah tidak mau menemaniku kan? Dan Jelly
jadi penggantinya”
“Tidak Jai. Aku terus
menemanimu, Jelly sama sekali tidak ada sangkut pautnya!! Jairel.. buka
pintunya,, kumohon”
“Kau pergi Just!! Aku tidak
mau berteman dengamu!!”
“Jairel kau salah paham”
“PERGGGI!!”
Tubuhku lemas, aku menangis,
aku bodoh, aku pecundang, aku menerima ajakan Lissa sebagai pelampiasan karena
aku terlalu frustasi terhadap Jarelly. Aku berharap besok Jarelly mau
memaafkanku, aku takut Kak Julio akan memarahiku karena membuat Jarelly marah
dan kecewa.
Aku kembali dirumah dengat
tubuh yang begitu lemas yang dilapisi kekecewaan, sampai-sampai aku
meninggalkan Lissa sendiri di cafe, namun dibiarkan saja, karena dia Jerelly
marah padaku dan aku juga tahu dia bisa pulang kerumahnya sendiri.
Perasaanku tidak enak, aku
tidak bisa tidur. Ini memang masih jam 07:00, Aku pun berniat sekarang ini akan
pergi menemui Jarelly
dirumahnya. Jantungku
berdebar-debar, aku takut Jerelly akan memandang wajahnya yang pasti sangat
kecewa padaku.
***
Author p.o.v
Justin melangkah kerumah
Jerelly, mengetuk pintu rumahnya. Untung saja Bibi membuka pintunya.
“Bi.. Jairel dimana?”
“Sedang makan, masuk saja”
“Selamat Malam Jai” ucap
Justin dengan diselimuti rasa takut
“untuk apa kau datang
kesini?” tanya Jarelly sinis.
“Aku mau minta maaf, kejadian
tadi sore itu tidak seperti yang kau pikirkan, aku akan menjelaskan semuanya”
“itu sudah terlalu jelas
Just, apa yang akan kau jelaskan lagi?”
“itu salah.. kau salahpaham”
“aku tidak bodoh, sekarang
pergi dari rumahku”
“tapi Jairel?”
“tidak pergi sekarang”
“yasudah.. terserah aku akan
pergi”
Justin pun meninggalkan rumah
Jarelly dengan penuh kekecewaan, dia sedih, dia marah pada dirinya sendiri.
Sedangkan Jarelly dia melihat kepergian Justin, sejujurnya dia tidak rela
mengusir Justin namun Justin sudah menyakiti hatinya, membuatnya kecewa.
Dengan begitu cepat selera
makan Jerelly hilang, ia tidak menghabiskan makanannya, dia menggendong Jelly
dan membawa kekamarnya.
***
Jarelly p.o.v
“Jelly.. Justin jahat.. dia
mengkhinatiku.. dia tidak mengganggap ku temannya, dia tidak sungguh mau
berteman denganku” Aku menangis sekarang, aku bingung apa yang akan terjadi
padaku sekarang tanpa Justin, sebenarnya apa yang akan dijelaskan Justin? Itu
sudah jelas-jelas dia mengkhianati persahabatan kita.
Perasaanku campur aduk antara
marah, kecewa, sedih, menyesal semua itu aku rasakan karena Justin, seorang
teman yang menemani masa-masa sulit ku, yang ternyata membuatku kecewa, sangat
kecewa.
Tak terhitung berapa banyak
air mata yang aku keluarkan saat ini. Kalau mungkin Jelly bisa bicara dia akan
bilang “Jairel.. berhentilah menangis, aku tidak suka air” . Hahaha
“Non..” bibi mengetuk pintu
kamarku.
“Kenapa Bi?”
“Tadi.. Bibi pergi ke market,
trus ada yang kecelakaan, dan Bibi lihat ternyata itu Justin Non, dia ketabrak
mobil” Ucap Bibi dengan mimik muka yang diselimuti kesedihan. “Jus..Justin??
serius Bi?” Aku kaget, Keringat dingin mulai bercucuran, aku ingin bertemu
dengannya, aku tadi mengusirnya, kalau aku sudah memaafkannya pasti dia tidak
akan mengalami kecelakaan. Jairel.. kau bodoh! Kau jahat! Kau..
“Iya Non, dia dilarikan
dirumah sakit Anggrek”
“Bi.. aku mau menemui Justin,
aku mau melihatnya, tapi.. aku..takut keluar” Aku bingung, ketakutan
menyelimuti hatiku, ketakutan karena tidak mau kehilangan Justin dan ketakutan
untuk melangkah kan kaki keluar.
“Non.. Justin tidak sadarkan
diri, banyak darah yang keluar dari kepalanya” Ya Tuhan.. aku harus bertemu
dengannya, aku harus bisa, ini demi Justin.
“Bi.. temani aku kesana”
“Non, serius?”
“Demi Justin”
***
Author p.o.v
Dengan memakai kaos berlengan
panjang, Jerelly memberanikan dirinya untuk keluar rumah. Jerelly menggenggam
erat tangan pembantunya, dengan sedikit menutup matanya, dengan penuh perlahan,
ia melangkahkan kaki pertama didepan pintu rumahnya. Angin malam menyeruap,
kulit Jerelly mulai bereaksi merasakan dingin udara malam. Sedikit merinding,
dan kejadian yang lalu itu sempat terngiang dikepalanya namun dengan Jerelly
menghapus rasa ketakutan itu. Langkah demi langkah yang Jerelly lakukan
akhirnya berbuah manis, ia telah sampai dirumah sakit Anggrek, memang rumah
sakit ini tidak jauh dari rumah Jerelly, pembantu Jerelly sempat mengusulkan
untuk naik bus saja kalau Jerelly lelah, tapi dia menolak. Dia ingin berjalan
menikmati suasana malam yang biasanya ia nikmati di balik kaca jendelanya, dan
tidak pernah merasakan angin malam.
“Justin!!!” Jerelly berlari
menuju kamar yang sudah diberitahu oleh pembantunya. Sebuah ruangan bernuansa
putih dan kosong, tempat tidur dari ruangan itu teratur rapi.
“Kosong? Jus-sst-in…” lirih
Jerelly lemah. Tubuhnya lemah, air mata mengalir dari matanya, ia hanya
terduduk diruangan itu. “Justin.. kau tidak boleh pergi? Cukup Mom saja pergi,
Tuhan! Jangan ambil sahabatku. Aku menyayanginya, Justin.. aku keluar rumah
hanya untuk dirimu tapi kenapa kau tinggalkan aku?” lirih Jerelly sambil
terisak.
“Jadi kau menyayangiku? Tidak
memarahiku?” ucap seseorang dari pintu ruangan itu.
“Just..Justiin? Kau tidak
apa-apa? Kau..aaaaah” ucap Jerelly kaget, Justin berdiri dengan tubuh yang
lengkap tanpa luka sedikitpun.
Jerelly memeluknya erat,
Justin pun begitu. “Maafkan aku Jairel.. aku berbohong, aku merencanakan ini
dengan Bibi. Aku melakukan ini agar kau bisa keluar rumah, kau bisa terlepas
dari trauma itu”
“Justin.. kau tahu aku
khawatir. Aku menangis”
“Maafkan aku, aku juga sudah
membuatmu marah, itu salah paham. Lissa teman lamaku, dia baru saja dari Jerman
dan mengajakku untuk jalan-jalan sebentar, jadi kau sudah memaafkanku?”
“Aku.. salah paham, aku sudah
mengusirmu, aku gadis bodoh” Jarelly terisak.
“Tidak, kau gadis special
dalam hidupku, aku selalu senang ketika didekatmu, aku mencintaimu”ucap Justin
dengan memandang mata Jarelly penuh kelembutan. “Aku juga, aku mencintaimu”
“Would to be mine?’ tanya
Justin dan kemudian meraih kedua tangan Jarelly.
“yes, sure” Jerelly tersenyum
bahagia, dia memeluk Justin erat seperti tidak mau kehilangan Justin. Justin
juga begitu. “sekarang, kau sudah sembuh dari trauma itu. Jadi bagaimana kalau
besok kita pergi ke taman?”
“ahaha iya aku mau” ucap
Jerelly bersemangat.
Cinta yang sejati, adalah cinta yang mau menerima kamu
apa adanya, yang mau bersedia mengajarimu, bersedia melakukan apapun demi
dirimu, mau berkorban walau terkadang itu menyakitkan. Tapi semua yang
menyakitkan pasti berakhir dengan senyuman, kebahagiaan. – Because Of You
(Vierevi Vigkacia – Mutiara Rachel)